Khutbah Jumat ; Hati Yang Istiqomah
HATI YANG ISTIQOMAH
KHUTBAH PERTAMA
:
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلمْ
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلمْ
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Pada kesempatan yang mulia ini, di tempat yang mulia, dan di
hari yang mulia ini, marilah kita selalu menjaga dan meningkatkan mutu keimanan
dan kualitas ketakwaan kita kepada Allah dengan sebenar-benarnya, yaitu
ketakwaan yang dibangun karena mengharap keridhaan Allah Subhanahu Wata’ala dan
bukan keridhaan manusia, ketakwaan yang dilandasi karena ilmu yang bersumber
dari al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah, dan ketakwaan yang dibuktikan dengan amal
perbuatan dengan cara menjalankan setiap perintah Allah dan NabiNya karena
mengharap rahmat Allah Subhanahu Wata’ala dan berusaha semaksimal mungkin
menjauhi dan meninggalkan setiap bentuk larangan Allah dan NabiNya karena takut
terhadap azab dan siksa Allah Subhanahu Wata’ala.
Thalq bin Habib Rahimahullah seorang tabi'in, suatu ketika
pernah menuturkan sebagaimana dinukil oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di
dalam Fatawanya,
اَلتَّقْوَى: أَنْ تَعْمَلَ بِطَاعَةِ الله عَلَى نُوْرٍ مِنَ الله ، تَرْجُو رَحْمَة َالله وَأَنْ تَتْرُكَ مَعْصِيَةَ الله عَلَى نُوْرٍ مِنَ الله ، تَخَافَ عَذَابَ الله.
"Takwa
adalah kamu mengamalkan ketaatan kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah,
kamu mengharapkan rahmat Allah, dan kamu meninggalkan maksiat kepada Allah
berdasarkan cahaya dari Allah, serta kamu takut azab Allah."
Demikianlah seharusnya yang selalu ada dan tumbuh dalam benak
dan hati setiap Muslim, sehingga akan membawa dampak dan bekas yang baik,
melahirkan pribadi-pribadi yang istiqamah dan iltizam (konsisten)
terhadap agamanya sehingga pada akhirnya akan membentuk keluarga dan komunitas
masyarakat yang senantiasa berjalan di atas manhaj dan jalan yang lurus. Dengan
demikian, Allah Subhanahu Wata’ala akan memberikan kehidupan yang baik di dunia
serta memberikan balasan pahala yang lebih baik dari apa yang telah diperbuat
di akhirat kelak sebagaimana yang telah Allah Subhanahu Wata’ala janjikan.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Sebenarnya yang menjadi pangkal utama sehingga seseorang akan
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan memperoleh rahmat Allah Subhanahu Wata’ala
serta selamat dari azabNya pada Hari Kiamat kelak adalah sejauh mana dia dapat
menjaga dan memelihara hatinya sehingga selalu condong dan mempunyai
ketergantungan hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala sebagai satu-satunya dzat
yang selalu membolak-balikkan hati setiap hambaNya sesuai dengan kehendakNya,
dan bukan justru sebaliknya, di mana hatinya selalu condong kepada hawa
nafsunya dan tipu daya setan laknatullah alaihi. Karena pada
dasarnya Allah Subhanahu Wata’ala tidak akan melihat ketampanan dan kecantikan
wajah kita, tidak pula melihat kemulusan dan kemolekan badan-badan kita, namun
Allah Subhanahu Wata’ala hanya akan melihat hati-hati kita dan amal perbuatan
kita. Manakala hati seseorang bersih, maka akan membawa dampak kepada kebaikan
seluruh anggota tubuhnya, begitu sebaliknya jika hati seseorang telah rusak,
maka rusaklah seluruh anggota tubuhnya, sebagaimana hal ini pernah diisyaratkan
oleh Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh al-Bukhari, 1/20.
أَلاَ، وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ.
"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ini ada
segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh anggota tubuh dan jika
rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuh. Ketahuilah, ia adalah hati." (HR. al-Bukhari).
Karena itulah ma'asyiral Muslimin, hati
mempunyai peranan yang sangat fital dalam diri seseorang dan menjadi sentral
bagi anggota tubuh lainnya sehingga keberadaannyalah yang dapat menentukan baik
buruk dan hitam putihnya seluruh amalan dan aspek kehidupan seorang Muslim.
Tentu yang demikian tidak sebagaimana yang dipahami oleh
kebanyakan manusia, khususnya kaum Muslimin di mana kalau kita perhatikan
kondisi kebanyakan mereka, niscaya kita akan menyaksikan suatu fenomena yang
sangat memprihatinkan dan me-nyedihkan. Mereka memahami bahwa tolak ukur
kebahagiaan seseorang sekedar dengan penampilan lahiriyah dan materi belaka,
sehingga mereka sibuk dengan kehidupan dunianya, memperkaya diri, memperindah
dan mempercantik diri dengan berbagai macam bentuk keindahan dunia, namun pada
saat yang sama, mereka lalai dan lupa dengan keindahan, kebersihan, serta
kesucian batin yang pada akhirnya justru dapat menyelamatkan mereka; baik di
dunia maupun di akhirat kelak. Marilah kita renungkan sebuah ayat sebagai
bantahan Allah terhadap mereka, sebagaimana Firman-Nya :
وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُم مِّن قَرْنٍ هُمْ أَحْسَنُ أَثَاثًا وَرِءْيًا
"Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum
mereka, sedang mereka adalah lebih bagus alat rumah tangganya dan lebih sedap
dipandang mata." (Maryam: 74).
Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي اْلأَرْضِ فَيَنظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ كَانُوا أَكْثَرَ مِنْهُمْ وَأَشَدَّ قُوَّةً وَءَاثَارًا فِي اْلأَرْضِ فَمَآأَغْنَى عَنْهُم مَّاكَانُوا يَكْسِبُون.
"Maka
apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi lalu memperhatikan
bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Orang-orang sebelum mereka
itu lebih hebat kekuatannya dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi,
maka apa yang mereka usahakan itu tidak dapat menolong mereka." (Al-Mu`min: 82).
Dua ayat di atas, cukuplah memberikan penjelasan dan
informasi kepada kita bahwa segala sesuatu yang mereka usahakan dan mereka
nikmati ternyata tidak berguna dan tidak dapat menyelamatkan mereka.Na'udzubillahi
min dzalik.
Jama'ah Shalat Jum'ah Rahimakumullah
Jama'ah Shalat Jum'ah Rahimakumullah
Oleh karenanya, keindahan batin dan keselamatan hati merupakan
dasar dan pondasi keberuntungan di dunia dan di Hari Kiamat kelak. Allah
Subhanahu Wata’ala berfirman :
يَابَنِى ءَادَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْءَاتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ ءَايَاتِ ِالله لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan
pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian
takwa itulah yang baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat." (Al-A'raf: 26).
Sesungguhnya perkara hati merupakan perkara agung dan
kedudukannya pun sangat mulia, sehingga Allah Subhanahu Wata’ala menurunkan
kitab-kitab suciNya untuk memperbaiki hati, dan Dia utus para Rasul untuk menyucikan
hati, membersihkan, dan memperindahnya. Demikianlah Allah Subhanahu Wata’ala
berfirman :
يَآأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman."(Yunus: 57).
Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
لَقَدْ مَنَّ ِالله عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَّفِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ
"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang
yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan
mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan
(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Dan
sesungguhnya sebelum (keda-tangan Nabi) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan
yang nyata." (Ali Imran: 164).
Ajaran yang paling besar yang dibawa oleh Rasulullah
Sallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah memperbaiki hati. Maka tidak ada cara untuk
menyucikan dan memperbaiki hati kecuali cara yang telah ditempuh oleh beliau
Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dengan demikian seseorang akan memahami bahwa
hatinya merupakan tempat bagi cahaya dan petunjuk Allah Subhanahu Wata’ala,
yang dengannya seseorang dapat mengenal Rabbnya, mengenal nama-namaNya dan
sifat-sifatNya, serta dapat menghayati ayat-ayat syar'iyah Allah, dengannya
seseorang dapat merenungkan ayat-ayat kauniyahNya serta dengannya seseorang
dapat menempuh perjalanan menuju akhirat, karena sesungguhnya perjalanan menuju
Allah Subhanahu Wata’ala adalah perjalanan hati dan bukan perjalanan jasad.
Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah menuturkan di dalam salah
satu kitab beliau, "Hati yang sehat, yaitu hati yang selalu terjaga dari
syirik, sifat dengki, iri hati, kikir, takabur, cinta dunia dan jabatan. Ia
terbebas dari semua penyakit yang akan menjauhkannya dari Allah Subhanahu
Wata’ala. Ia selamat dari setiap syubhat yang menghadangnya. Ia terhindar dari
intaian syahwat yang menentang jati dirinya, dan ia terbebas dari segala keinginan
yang akan menyesaki tujuannya. Ia akan terbebas dari segala penghambat yang
akan menghalanginya dari jalan Allah. Inilah hati yang sehat di surga dunia dan
surga di alam kubur, serta surga di Hari Kiamat. Keselamatan hati tidak akan
terwujud, kecuali dengan terjaga dari lima perkara, yaitu syirik yang
bertentangan dengan tauhid, dari bid'ah yang berhadapan dengan sunnah, dari
syahwat yang menghambat urusannya, dari ghaflah(kelalaian) yang
menghilangkan dzikir kepada Allah Subhanahu Wata’ala, dari hawa nafsu yang akan
menghalangi ikhlash." (al-Jawab al-Kafi, 1/176).
Ibnu Rajab al-Hanbali pernah berkata, "Keutamaan itu
tidak akan diraih dengan banyaknya amal jasmani, akan tetapi diraih dengan
ketulusan niat kepada Allah Subhanahu Wata’ala benar, lagi sesuai dengan sunnah
Nabi dan dengan banyaknya pengetahuan dan amalan hati." (Mahajjah
fi Sair ad-Daljah, hal. 52).
Ini semua menunjukkan bahwa dasar keimanan atau kekufuran,
hidayah atau kesesatan, keberuntungan atau kenistaan tergantung pada apa yang
tertanam di dalam hati seorang hamba.
Abu Hurairah pernah menuturkan, bahwa Rasulullah Sallallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda :
إِنَّ الله لاَ يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَادِكُمْ وَلاَ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلٰكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ، وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ إِلَى صَدْرِهِ.
"Sesungguhnya
Allah tidak melihat kepada jasadmu, dan tidak pula kepada bentukmu, akan tetapi
Dia melihat kepada hati kamu, kemudian menunjuk ke dadanya dengan
telunjuknya." (HR. Muslim, no.
2564).
Bahkan, mayoritas ulama berkeyakinan bahwa siapa saja yang
dipaksa untuk menyatakan "kekufuran", maka ia tidak berdosa selagi
hatinya masih tetap teguh beriman kepada Islam dan tetap dalam kondisi tenang
beriman, sebagaimana FirmanNya :
مَن كَفَرَ بلله مِن بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِاْلإِيمَانِ وَلَكِن مَّن شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ ِالله وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمُُ . ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ اسْتَحَبُّوا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا عَلَى اْلأَخِرَةِ وَأَنَّ الله َ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
"Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman
(maka dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal
hatinya tetap tenang dalam beriman (maka dia tidak ber-dosa), akan tetapi orang
yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan
dia mendapat azab yang besar. Yang demikian itu disebabkan karena mereka
mencintai kehidupan dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada
memberi petunjuk kepada kaum yang kafir." (An-Nahl: 106-107).
Ayat ini diturunkan, sebagaimana pendapat mayoritas ahli
tafsir adalah berkenaan dengan kejadian yang menimpa Ammar bin Yasir, manakalah
ia masuk Islam, ia mendapat siksaan dari orang-orang kafir Quraisy di Makkah
sehingga ia mau mengucapkan kalimat kekufuran kepada Allah dan cacian kepada
Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Di lain kesempatan peristiwa
tersebut ia laporkan kepada Rasu-lullah sambil menangis.
قَالَ: كَيْفَ تَجِدُ قَلْبَكَ؟ قَالَ: مُطْمَئِنًّا بِالْإِيْمَانِ. قَالَ: إِنْ عَادُوْا فَعُدْ.
"...
maka Nabi bersabda, 'Bagaimana kondisi hatimu?' Ia menjawab, 'Aku masih tenang
dalam beriman.' Maka Nabi bersabda (untuk menggembirakannya dan memberinya
kemudahan), 'Kalau mereka kembali menyiksa, maka silahkan lakukan lagi'." (HR. al-Hakim, 2/357).
Di dalam sebuah hadits yang lain, Rasulullah Sallallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad
yang bersumber dari Anas bin Malik,
لَا يَسْتَقِيْمُ إِيْمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيْمَ قَلْبُهُ.
"Iman seseorang tidak akan lurus (benar) sebelum hatinya
lurus." (HR. Ahmad, no.
13079).
Ma'asyiral Muslimin Sidang Jum'ah Rahimakumullah
Ma'asyiral Muslimin Sidang Jum'ah Rahimakumullah
Demikian agungnya keutamaan dan urgensi hati seseorang di
hadapan Allah Subhanahu Wata’ala, sehingga kita dapat mengetahui kebanyakan
sumpah Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam diucapkan dengan ungkapan,
لَا، وَمُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ.
"Tidak, demi Dzat yang membolak-balikkan hati."
Dan di antara doa beliau adalah,
Dan di antara doa beliau adalah,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.
"Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah
hatiku pada agamaMu."
Hal yang demikian, karena pada dasarnya kadangkala hati
seseorang bisa mengeras, seperti batu atau bahkan lebih keras dari itu,
sehingga ia akan jauh dari Allah Subhanahu Wata’ala, rahmatNya, dan dari
ketaatanNya. Dan sejauh-jauh hati dari Allah Subhanahu Wata’ala adalah hati
yang kasar, di mana peringatan tidak lagi bermanfaat baginya, nasihat tidak
dapat menjadikan dia lembut, perkataan tidak menjadikannya berilmu, sehingga seseorang
yang memiliki hati yang demikian di dalam dadanya, maka hatinya tidak
memberikan manfaat apa-apa baginya, dan tidak akan melahirkan sesuatu pun,
kecuali kejahatan. Sebaliknya hati yang lembut, yang takut dan tunduk
merendahkan diri terhadap Penciptanya, Allah Subhanahu Wata’ala, serta selalu
mendekatkan diri kepadaNya, mengharapkan rahmatNya dan menjaga ketaatanNya,
maka pemiliknya akan mempunyai hati yang bersih, selalu menerima kebaikan.
Maka dari itulah, Allah Subhanahu Wata’ala menggarisbawahi
bahwa keselamatan di Hari Kiamat kelak sangat tergantung kepada keselamatan,
kebersihan, dan kebaikan hati. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
يَوْمَ لاَيَنفَعُ مَالٌ وَلاَبَنُونَ إِلاَّ مَنْ أَتَى ِالله بِقَلْبٍ سَلِيم
"Di
hari yang mana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang
yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (Asy-Syu'ara` : 88 - 89).
Dengan demikian, marilah kita bersungguh-sungguh dalam
menjaga hati dan senantiasa mengawasinya, di mana dan kapan saja waktunya,
karena ia satu-satunya anggota tubuh kita yang paling besar bahayanya, paling
mudah pengaruhnya, dan paling sulit mengurus dan memperbaikinya. Wallahul
musta'an.
اللهم أَصْلِحْ شَأْنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَاهْدِهِمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمَ، اللهم ارْزُقْهُمْ رِزْقًا مُبَارَكًا طَيِّبًا. اللهم أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.
فَاتَّقُوا الله عِبَادَ ِالله ، وَخُذُوْا بِالْأَسْبَابِ الَّتِيْ تَحْيَى بِهَا الْقُلُوْبُ قَبْلَ أَنْ تَقْسُوَ وَتَمُوْتَ، فَإِنَّ ذلك مَنَاطُ سَعَادَتِكُمْ أَوْ شَقَائِكُمْ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ ِالله لِيْ وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA :
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إله إلا ِالله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
قَالَ الله تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ:
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Di dalam sebuah hadits yang bersumber dari Miqdad bin
al-Aswad, ia menceritakan, Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam bersabda :
لَقَلْبُ ابْنِ آدَمَ أَشَدُّ انْقِلَابًا مِنَ الْقِدْرِ إِذَا اجْتَمَعَتْ غَلْيًا.
"Sungguh,
hati anak Adam (manusia) itu sangat (mudah) berbolak-balik daripada bejana
apabila ia telah penuh dalam keadaan mendidih." (HR. Ahmad, no. 24317).
Kemudian al-Miqdad berkata, "Sesungguhnya orang yang beruntung (bahagia) itu adalah orang yang benar-benar terhindar dari berbagai fitnah (dosa)." Ia mengulangi ucapannya tiga kali, sambil memberikan isyarat bahwa sebab berbolak-balik dan berubahnya hati adalah dosa-dosa yang berdatangan menodai hati.
Kemudian al-Miqdad berkata, "Sesungguhnya orang yang beruntung (bahagia) itu adalah orang yang benar-benar terhindar dari berbagai fitnah (dosa)." Ia mengulangi ucapannya tiga kali, sambil memberikan isyarat bahwa sebab berbolak-balik dan berubahnya hati adalah dosa-dosa yang berdatangan menodai hati.
Maka dari itu, agar hati kita tidak mudah terpeleset dan
menyimpang dari kebenaran dan cahaya dari Allah Subhanahu Wata’ala, bahkan
sampai tertutup dan terkunci karena hawa nafsu yang membelit-nya serta segala
hal yang dapat merusak dan membinasakannya, maka perlu adanya usaha-usaha
penjagaan terhadap hati yang bersifat kuratif dan kontinyu, sekaligus resep
(obat) sebagai usaha prefentif agar bisa selamat dari segala bentuk
penyakit-penyakit hati yang mematikan.
Di antara hal yang dapat menyebabkan hati seseorang menjadi
tenang dan bersih adalah amalan memperbanyak membaca ayat-ayat al-Qur`an dan
mendengarkannya, karena al-Qur`an merupakan penawar yang ampuh dari penyakit
syubhat dan nafsu syahwat yang keduanya merupakan inti penyakit hati seseorang.
Di dalamnya terdapat penjelasan-penjelasan yang akurat yang membedakan yang haq
dari yang batil, sehingga syubhat akan hilang, dan di dalamnya terdapat hikmah,
nasihat yang baik, mengajak zuhud di dunia, dan menghimbau untuk lebih
mengutamakan kehidupan akhirat, sehingga penyakit nafsu syahwat akan hilang.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَن كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ
"Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang
mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia
menyaksikannya." (Qaf : 37).
ِالله
نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُّتَشَابِهًا مَّثَانِيَ تَقْشَعِرُّ
مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ
وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ ِالله ذَلِكَ هُدَى ِالله يَهْدِي بِهِ مَن يَشَآءُ
وَمَن يُضْلِل ِالله فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ
"Allah
telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur`an yang serupa (mutu
ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, kulit orang-orang yang takut kepada Rabbnya,
gemetar karenanya, kemudian kulit dan hati mereka menjadi tenang di waktu
mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa
yang dikehendakiNya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada
seorang pemberi petunjuk pun baginya." (Az-Zumar: 23).
Dan masih banyak lagi ayat-ayat al-Qur`an yang menunjukkan
demikian. Ini menunjukkan bahwa al-Qur`an adalah sesuatu yang paling agung yang
dapat melembutkan hati, bagi yang membaca, mendengarkan, dan merenungkannya,
serta mengamalkannya dalam prilaku kehidupan sehari-hari.
Di antara usaha yang dapat menenangkan hati adalah dengan
mengambil pelajaran terhadap kejadian dan peristiwa serta kehancuran yang
menimpa umat-umat terdahulu akibat kemaksiatan yang mereka lakukan.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
فَكَأَيِّن مِّن قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَبِئْرٍ مُّعَطَّلَةٍ وَقَصْرٍ مَّشِيدٍ . أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي اْلأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَآ أَوْ ءَاذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لاَتَعْمَى اْلأَبْصَارُ وَلَكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
"Berapalah
banyaknya kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam keadaan
zhalim, maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya, dan (berapa
banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi. Maka apakah
mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu
mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat
mendengar? Karena sesung-guhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta,
ialah hati yang berada di dalam dada." (Al-Hajj:
45 - 46).
Kemudian di antara yang dapat menenangkan hati adalah dengan
banyak mengingat Allah Subhanahu Wata’ala dalam situasi dan kondisi apa pun.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ الله وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
"Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah,
maka gemetarlah hati mereka, dan apa-bila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya,
maka bertambahlah iman mereka (karenanya), dan kepada Rabb merekalah mereka
bertawakal."(Al-Anfal: 2).
الَّذِينَ
ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ الله أَلاَبِذِكْر ِالله تَطْمَئِنُّ
الْقُلُوبُ
"(Yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (Ar-Rad: 28).
Dan termasuk penjagaan hati adalah menerima secara total
setiap perintah Allah Subhanahu Wata’ala dan mengamalkannya serta menjauhi
setiap laranganNya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
وَإِذَا مَآأُنزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هذه إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ . وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ
"Dan
apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada
yang berkata, 'Siapa di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya)
surat ini?' Adapun orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang
mereka merasa gembira. Dan adapun orang yang di dalam hati mereka ada penyakit,
maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang
telah ada), dan mereka mati dalam keadaan kafir."(At-Taubah: 124 - 125).
Dan Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
Dan Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
وَإِذَا مَآأُنزِلَتْ سُورَةٌ نَّظَرَ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ هَلْ يَرَاكُم مِّنْ أَحَدٍ ثُمَّ انْصَرَفُوا صَرَفَ الله قُلُوبَهُم بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لاَيَفْقَهُونَ
"Dan
apabila diturunkan satu surat, sebagian mereka memandang kepada sebagian yang
lain (sambil berkata), 'Adakah seorang dari (orang-orang Muslimin) yang melihat
kamu?' Sesudah itu pun mereka pergi. Allah telah memalingkan hati mereka
disebabkan mereka adalah kaum yang tidak mengerti." (At-Taubah: 127).
Dan di antara amalan yang dapat menjaga hati seseorang dan
membuatnya lembut adalah turut merenungkan keadaan orang-orang sakit, orang
fakir miskin, serta orang-orang yang telah tertimpa musibah dan cobaan. Karena
dengan mengunjungi orang sakit dan melihat kondisi dan penderitaan mereka
akibat penyakit yang dideritanya, maka kita bisa menilai nikmat, begitu juga
manakala kita melihat keadaan orang-orang fakir miskin dan anak yatim, dan
merenungkan apa yang menjadi kebutuhan mereka, tentu kita akan merasakan dan
mengetahui nilai nikmat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah dianugerahkan
kepada kita sehingga dapat menenangkan hati kita. Namun manakala kita
mengabaikan hal-hal yang demikian, maka yang demikian dapat membuat hati-hati
kita mengeras.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلاَتَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلاَتُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
"Dan
bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan
senja hari dengan mengharap WajahNya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka (karena) mengha-rapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta
menuruti hawa nafsunya, dan keadaannya itu melewati batas." (Al-Kahfi: 28).
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Di samping kita memperhatikan dan menghiasi hati-hati kita
dengan hal-hal tersebut di atas, maka sebagai bentuk penjagaan kita juga harus
senantiasa menghindari hal-hal yang dapat mengotori, merusak, menodai, dan
mencemarkan hati-hati kita. Di antaranya, tidak sibuk dan mudah terpedaya
dengan kenikmatan dunia yang melalaikan, terbiasa dan membiarkan mata memandang
hal-hal yang diharamkan; baik melalui televisi ataupun video, dari segala
bentuk siaran sinetron, ataupun gambar-gambar yang terdapat dalam surat kabar
ataupun majalah, mendengarkan musik dan menikmati nyanyian seorang penyanyi,
ataupun menyibukkan diri dengan olah raga tertentu, baik mengikuti
perkembangannya, melihatnya secara berlebihan sampai banyak menyita sebagian
besar waktu yang ada.
Dan di antara yang dapat mengotori dan merusak hati adalah
makan makanan yang haram, dan berteman dengan pelaku dosa dan maksiat.
Ibnu Abbas berkata, "Sesungguhnya kebajikan itu
menyebabkan cahaya di dalam hati, sinar di wajah, kekuatan pada jasmani,
melapangkan rizki dan menimbulkan rasa kasih sayang terhadap sesama. Sedangkan
keburukan (dosa) menyebabkan kegelapan di dalam hati, kemuraman pada muka,
kelemahan pada jasmani, mengurangi rizki, dan menimbulkan rasa benci terhadap
sesama." (Madarij as-Salikin, 1/424).
Semoga kita yang hadir di majelis yang mulia ini, termasuk
golongan yang akan mendapat penjagaan dari Allah Subhanahu Wata’ala, sehingga
hati-hati kita senantiasa selamat dan bersih dari segala sesuatu yang dapat
menodai dan merusaknya.Amin ya rabbal 'alamin.
إِنَّ الله وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Komentar
Posting Komentar